Apa itu Kusta?
Kusta adalah salah
satu penyakit menular berjalan kronis (menahun), disebabkan oleh kuman yang
disebut Mycobacterium leprae menyerang saraf tepi, kulit dan organ lain pada
tubuh manusia kecuali otak dan sumsum tulang belakang.
Penjelasan singkat
hal-hal pokok yang perlu difahami:
1. Penyakit
menular
2. Penyakit
berjalan kronis
3. Kuman M. leprae
4. Menyerang saraf
tepi.
5. Manifestasi
pada kulit
6. Obat kusta
7. Pencegahan
kusta
8. Besarnya
masalah
1. Penyakit
menular
Penyakit kusta
termasuk penyakit menular, artinya kusta bukan penyakit menurun, bukan penyakit
guna-guna, bukan penyakit kutukan, bukan salah makan, bukan karena hubungan
seks dengan wanita sedang haid, dan bukan-bukan yang lain, TETAPI disebabkan
oleh kuman M. leprae yang masuk pada tubuh. Sebagian besar manusia kebal
terhadap kusta, sehingga angka penularannya sangat rendah. Penting diketahui
orang kena kusta yang sudah berobat tidak menular. Petugas kesehatan yang
bergaul dengan mereka tidak ketularan kusta.
2. Penyakit
berjalan khronis (menahun).
Masa inkubasinya
rata-rata 3 - 5 tahun. Masa inkubasi dihitung mulai masuknya kuman dalam tubuh,
kuman berkembang biak, yang pada suatu waktu, pada jumlah tertentu kuman sudah
bisa membuat orang sakit. Dari masuknya kuman sampai timbul gejala pertama
penyakit disebut masa inkubasi. M. leprae berkembang biak dengan membelah diri,
tidak seperti manusia dan hewan, berkembang biak dengan kawin. Waktu pembelahan
kuman satu menjadi dua dan akhirnya dewasa siap mebelah lagi lamanya 2 - 3
minggu. Jadi kuman kusta ini seperti tidur, malas membelah diri. Oleh karena
itu untuk timbul gejalanya pertama penyakit, membutuhkan waktu lama. Tidak
seperti bakteri lain atau virus, misalnya influenza berkembang biak dengan hitungan
menit, kalau kita duduk dekat orang sedang flu, virus masuk dalam tubuh,
berkembang dengan cepat, maka dalam beberapa hari saja kita sudah ketularan
kalau daya tahan tubuh lemah. Dengan sifat M. leprae yang demikina ini maka
sulit bagi kita untuk mendeteksi di mana dan kapan kita kontak dengan kusta
yang menular. Perjalanan penyakitnya juga lama atau kronis tergantung daya
tahan (immunitas) tubuh kita. Kita mempunyai 2 macam immunitas. Immunitas
bawaan sejak lahir (natural immunity) dan yang diperoleh misalnya dalam program
immunisasi (acquired immunity). Orang terkena kusta, immunitas tubuhnya kurang
mampu mencegah atau membunuh kuman kusta (khusus kusta saja). Berbeda dengan
HIV, di sini immunitas tubuhnya rusak sama sekali sehingga ia dapat terserang berbagai
penyakit.
3. Disebabkan
kuman M. leprae
Kuman kusta ditemukan oleh G A Hansen tahun 1873,
maka untuk menghormati jasa penemunya, penyakit kusta disebut juga Morbus
Hansen (MH). Obat yang manjur untuk membunuh kuman kusta (Rifampicin) ditemukan
pada tahun 1957. Kenapa begitu terlambat? Ini karena percobaan di
Media Buatan yg belum bisa dilakukan. Sampai sekarang saya belum pernah
terbaca kalau M. leprae sudah bisa dikembangbiakkan di Media Buatan. Obat-obat
yang akan dicoba pada manusia harus melalui percobaan di Media Buatan dan Hewan
lebih dulu. Penemuan obat Rifampicin yang ampuh membunuh kuman kusta diketahui
karena Rifampicin bisa membunuh kuman TBC (M. tuberculosis). Kusta dan TBC
kalau boleh saya katakan adalah penyakit bersaudara, karena sama-sama
Mycobacterium berbentuk batang. Kuman TBC dapat dikembangbiakkan di Media
Buatan dan Hewan sehingga dapat dilakuan percobaan. Karena Rifampicin bisa
membunuh kuman M. tuberculosis, dan aman diminum oleh manusia, maka analoginya
Rifampicin dicoba untuk membunuh kuman kusta. Ternyata hasilnya sangat
memuaskan. Dalam waktu 2x24 jam saja orang terkena kusta minum obat Rifampicin,
kumannya boleh dikatakan 99,9% sudah mati. Jadi orang yang sudah minum obat,
kumannya sudah mati, tidak berpotensi lagi untuk menularkan kepada orang lain.
4. Menyerang saraf tepi
Manusia mempunyai kesukaan kalau mau makan,
misalnya suka gulai otak, suka paru-paru, suka kepala ikan, dll. Kuman juga
begitu, suka menyerang mata manusia, maka jadilah sakit mata, suka kulit maka
terjadi sakit kulit, suka paru maka akan sakit paru, suka ginjal maka jadilah
sakit ginjal, dll. M. leprae mempunyai kesukaan pada saraf tepi (peripheral
nerve), tapi tidak mau otak dan sum-sum tulang belakang. Justru karena kuman
ini menyerang saraf tepi (peripheral nerve), maka terjadi bencana pada tubuh
manusia. Terjadi cacat dengan komplikasi yang sangat membuat orang tidak nyaman
dan sangat menderita.
Kita mengenal 3 fungsi saraf tepi yaitu:
1). Fungsi sensorik: fungsi Perasa (sakit, panas,
dingin, halus kasar dll)
2). Fungsi motorik: fungsi penggerak (otot-otot)
3). Fungsi otonom: Pengatur kelembaban (kelenjar
keringat, kelenjar minyak, dll)
Manusia berpenampilan tubuh yang bagus dan cantik,
apabila 3 fungsi saraf tepi bagus.
1). Kalau fungsi SENSORIK terganggu, orang menjadi
kurang merasa sampai tidak merasa atau mati rasa di daerah yang disarafi.
Bayangkan kalau rasa sakit hilang, maka kita tidak bisa menghindar dari trauma
yang terjadi pada tubuh kita. Kita injak paku misalnya, tidak merasa sakit,
kalau sudah infeksi baru tau ada paku di kakinya. Orang merokok, jari-jari yang
menjepit rokok mati rasa, maka api rokok bisa membakar kulit jari-jari tsb.
Jadi RASA SAKIT adalah pemberian Tuhan yang paling berharga. Tidak sepatutnya
seseorang yang tersayat sedikit pada kulitnya, menjeri-jerit…. Harusnya
disyukuri masih ada rasa sakit.
2). Kalau fungsi MOTORIK terganggu, maka alat
penggerak atau otot tidak berfungsi baik, sehingga terjadi pengecilan otot
(atrofi), dan kekakuan pada jari-jari. Tampak jelas cacat yang terjadi pada
jari tangan dan kaki. Kalau terjadi gangguan pada otot mata, maka mata tidak
bisa menutup dengan sempurna.
3). Kalau fungsi OTONOM terganggu, maka
terjadi gangguan kelembaban kulit, kelenjar keringat dan kelenjar minyak tidak
bekerja, kulit menjadi kering.
4). Kalau ada gangguan ke 3 fungsi di atas, terjadi
pada seseorang, maka ia akan cacat dengan jari tangan atau kaki yang
bengkok-bengkok (kiting), terjadi luka yang sulit disembuhkan karena ia sendiri
malas berobat (karena tidak merasa sakit), kulit kering bahkan bisa pecah.
Inilah yang terjadi pada orang yang terkena kusta yang tidak ditemukan dini,
dan tidak berobat. Kalau penyakitnya ditemukan dini, berobat teratur, maka
tidak terjadi cacat. Gambaran kusta yang sekarang ditemukan dini dan berobat
teratur sangat bebeda dengan gambaran kusta dulu (sebelum ditemukan obat yang
manjur). Kusta dini, diobati dini, akan sembuh tanpa cacat, kita sulit
membedakan apakah ia pernah kusta atau tidak, karena penyakitnya sudah sembuh
tanpa cacat.
5. Manifestasi atau tanda-tanda kusta pada kulit.
Manifestasi tanda-tanda kusta bisa dilihat dikulit.
Gambaran kusta ini terjadi sebagai hasil gangguan 3 fungsi saraf tepi yang
telah diterangkan di atas. Terdapat bercak seperti panu yang kurang atau mati
rasa, (kalau diolesi dengan kapas atau ditusuk dengan jarum tidak merasa) dan
tidak gatal. Kelainan kulit bisa juga berupa penebalan kulit kemerahan,
benjolan-benjolan kecil atau nodulus. Otot di antara jari-jari mengecil sampai
terjadi kontraktur jari-jari. Semua tanda-tanda di kulit bisa berlangsung lama,
mungkin sudah diobati dengan bermacam-macam obat tetapi tidak sembuh karena
tidak minum obat kusta.
Kulit adalah bagian luar dari tubuh. Manusia adalah
makhluk sosial, secara naluri ingin berpenampilan bagus dan cantik. Kalau
seseorang mempunyai kelainan pada kulit, sudah pasti merasa tidak nyaman dan
menderita. Bagi orang terkena kusta, pasti merasa tidak nyaman, karena semua
gambaran penyakitnya bisa dilihat orang lain. Berbeda dengan sakit lain
misalnya sakit paru, jantung, ginjal, mag. Paru, jantung, ginjal, mag, tidak bisa
dilihat dari luar. Padahal kalau bisa dilihat mata dari luar tubuh, penyakit
ini juga menakutkan.
6. Obat Kusta
Obat kusta telah ditetapkan gabungan dari
Rifampicin, Lamprene dan DDS yang dikenal dengan Multidrug Therapy (MDT),
lihat sejarah pengobatan kusta di Indonesia. Kuman
kusta dapat dibunuh, kusta dapat disembuhkan. Obat kusta tersedia secara
cuma-cuma atau gratis. Secara medis penyakit kusta dapat ditangani. namun di
bidang sosial masih banyak masalah.
7. Pencegahan
Apakah kita bisa memberi immunitas buatan
(vaksinasi) kepada orang sehat supaya tidak terserang kusta? Vaksin kusta dapat
dibuat, tetapi untuk program vaksinasi belum dibolehkan. Dalam kesehatan ada
etika yang selalu dijunjung tinggi, termasuk di bidang vaksinasi. Vaksinasi
hanya boleh diberikan pada manusia setelah diuji manfaatnya sangat bermagna.
Pengujian harus melalui prosedur, uji laboratorium melalui MEDIA BUATAN, uji
melalui HEWAN, baru MANUSIA. Uji coba media buatan untuk kuman kusta sulit
dilaksanakan karena kuman kusta belum bisa dikembangbiakkan. Uji coba melalui
hewan juga sulit, karena hanya 3 jenis makhluk yang bisa terkena kusta,
manusia, armadillo dan simpanse. Armadillo tidak cocok untuk hewan percobaan
karena berkembang biaknya sangat lambat. dan sangat mudah terpapar M. leprae,
sulit diisolasi. Hewan yang cocok untuk percobaan adalah seperti kelinci,
tikus, anjing dll, yang berkembang biak banyak dan cepat tetapi hewan ini tidak
bisa kena kusta. Karena percobaan pada hewan belum berhasil, maka uji coba
vaksinasi kusta kepada manusia tidak diperbolehkan. Jadi pencegahan yang paling
efektif ialah, menemukan semua orang terkena kusta dan mengobatinya. Orang yang
terkena kusta yang sudah minum obat, tidak menular lagi.
8. Besarnya masalah
Masalah kusta tidak hanya di bidang medis, tapi
menyangkut bidang sosial, ekonomi, keamanan dll.
Kusta dapat disembuhkan, artinya bidang kesehatan
telah dapat mengatasi penyakitnya. Tetapi karena adanya salah pengertian yang
sudah ‘mendarah mendaging’ di masyarakat, maka timbul STIGMA, DISKRINIASI
kepada orang terkena kusta dengan segala konsekwensinya seperti: pengucilan,
hambatan partisipasi sosial, kehilangan pekerjaan, kesulitan mendapat
pekerjaan, dikeluarkan dari sekolah, diberhentikan dari pekerjaannya,
keterbatasan fisik (yang sudah cacat) untuk sesuatu jenis pekerjaan, kasus
perceraian bila salah satu pasangan terkena kausta, kasus pengemis dijalanan,
gangguan keamanan. Masalahnya bertambah parah karena adanya rasa rendah diri
(minder, inferiority) dari orang terkena kusta dan stigma (self stigma). Orang
yang terkena kusta menarik diri….sementara masyarakat merasa takut dan
mengucilkan mereka, sungguh masalah sosial yang besar!.
Saran Penulis:
Besarnya masalah kusta ini sudah ada sejak zaman
dahulu sampai sekarang, cuma kadarnya yang sudah berkurang. Kapan masalah ini
akan berakhir, sehingga orang yang terkena kusta sama kedudukannya dengan orang
lain. Upaya untuk menghilangkan stigma dan diskriminasi sudah dituangkan dalam
Human Right Resolution. Kita berharap, implementasi Human Right Resolution ini
efektif. Saya berpendapat, Stigma dan diskriminasi akan cepat hilang bila
penggeraknya itu datang dari orang terkena kusta itu sendiri. “Bila Anda
ingin dihargai orang lain, hargai diri Anda terlebih dahulu”.
Catatan dari penulis
Artikel ini adalah publikasi ulang tanpa perbaikan
dari tulisan pertama. Tulisan pertama saya buat sebelum tahun 2000.Bila ada hal
yang tidak sesuai lagi dengan keadaan sekarang, ikutilah yang terbaru. Ini
hanya sekedar bacaan untuk mengetahui hal-hal pokok penyakit kusta.